Biografi Susilo Bambang Yudhoyono
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Masa Bakti 2004 - 2014

Susilo
Bambang Yudhoyono adalah presiden RI ke-6. Berbeda dengan presiden
sebelumnya, beliau merupakan presiden pertama yang dipilih secara
langsung oleh rakyat dalam proses Pemilu Presiden putaran II 20
September 2004. Lulusan terbaik AKABRI (1973) yang akrab disapa SBY ini
lahir di Pacitan, Jawa Timur 9 September 1949. Istrinya bernama
Kristiani Herawati, merupakan putri ketiga almarhum Jenderal (Purn)
Sarwo Edhi Wibowo.
Pensiunan jenderal berbintang empat ini
adalah anak tunggal dari pasangan R. Soekotjo dan Sitti Habibah. Darah
prajurit menurun dari ayahnya yang pensiun sebagai Letnan Satu.
Sementara ibunya, Sitti Habibah, putri salah seorang pendiri Ponpes
Tremas. Beliau dikaruniai dua orang putra yakni Agus Harimurti Yudhoyono
(mengikuti dan menyamai jejak dan prestasi SBY, lulus dari Akmil tahun
2000 dengan meraih penghargaan Bintang Adhi Makayasa) dan Edhie Baskoro
Yudhoyono (lulusan terbaik SMA Taruna Nusantara, Magelang yang kemudian
menekuni ilmu ekonomi).
Pendidikan SR adalah pijakan masa depan
paling menentukan dalam diri SBY. Ketika duduk di bangku kelas lima,
beliau untuk pertamakali kenal dan akrab dengan nama Akademi Militer
Nasional (AMN), Magelang, Jawa Tengah. Di kemudian hari AMN berubah nama
menjadi Akabri. SBY masuk SMP Negeri Pacitan, terletak di selatan
alun-alun. Ini adalah sekolah idola bagi anak-anak Kota Pacitan.
Mewarisi sikap ayahnya yang berdisiplin keras, SBY berjuang untuk
mewujudkan cita-cita masa kecilnya menjadi tentara dengan masuk Akademi
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) setelah lulus SMA akhir
tahun 1968. Namun, lantaran terlambat mendaftar, SBY tidak langsung
masuk Akabri. Maka SBY pun sempat menjadi mahasiswa Teknik Mesin
Institut 10 November Surabaya (ITS).
Namun kemudian, SBY
justru memilih masuk Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) di
Malang, Jawa Timur. Sewaktu belajar di PGSLP Malang itu, beliau
mempersiapkan diri untuk masuk Akabri. Tahun 1970, akhirnya masuk Akabri
di Magelang, Jawa Tengah, setelah lulus ujian penerimaan akhir di
Bandung. SBY satu angkatan dengan Agus Wirahadikusumah, Ryamizard
Ryacudu, dan Prabowo Subianto. Semasa pendidikan, SBY yang mendapat
julukan Jerapah, sangat menonjol. Terbukti, belaiu meraih predikat
lulusan terbaik Akabri 1973 dengan menerima penghargaan lencana Adhi
Makasaya.
Pendidikan militernya dilanjutkan di Airborne and
Ranger Course di Fort Benning, Georgia, AS (1976), Infantry Officer
Advanced Course di Fort Benning, Georgia, AS (1982-1983) dengan meraih
honor graduate, Jungle Warfare Training di Panama (1983), Anti Tank
Weapon Course di Belgia dan Jerman (1984), Kursus Komandan Batalyon di
Bandung (1985), Seskoad di Bandung (1988-1989) dan Command and General
Staff College di Fort Leavenworth, Kansas, AS (1990-1991). Gelar MA
diperoleh dari Webster University AS. Perjalanan karier militernya,
dimulai dengan memangku jabatan sebagai Dan Tonpan Yonif Linud 330
Kostrad (Komandan Peleton III di Kompi Senapan A, Batalyon Infantri
Lintas Udara 330/Tri Dharma, Kostrad) tahun 1974-1976, membawahi
langsung sekitar 30 prajurit.
Batalyon Linud 330 merupakan
salah satu dari tiga batalyon di Brigade Infantri Lintas Udara 17 Kujang
I/Kostrad, yang memiliki nama harum dalam berbagai operasi militer.
Ketiga batalyon itu ialah Batalyon Infantri Lintas Udara 330/Tri Dharma,
Batalyon Infantri Lintas Udara 328/Dirgahayu, dan Batalyon Infantri
Lintas Udara 305/Tengkorak. Kefasihan berbahasa Inggris, membuatnya
terpilih mengikuti pendidikan lintas udara (airborne) dan pendidikan
pasukan komando (ranger) di Pusat Pendidikan Angkatan Darat Amerika
Serikat, Ford Benning, Georgia, 1975. Kemudian sekembali ke tanah air,
SBY memangku jabatan Komandan Peleton II Kompi A Batalyon Linud
305/Tengkorak (Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad) tahun 1976-1977. Beliau pun
memimpin Pleton ini bertempur di Timor Timur.
Sepulang dari
Timor Timur, SBY menjadi Komandan Peleton Mortir 81 Yonif Linud 330
Kostrad (1977). Setelah itu, beliau ditempatkan sebagai Pasi-2/Ops
Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978), Dan Kipan Yonif Linud
330 Kostrad (1979-1981), dan Paban Muda Sops SUAD (1981-1982). Ketika
bertugas di Mabes TNI-AD, itu SBY kembali mendapat kesempatan sekolah ke
Amerika Serikat. Dari tahun 1982 hingga 1983, beliau mengikuti Infantry
Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983 sekaligus praktek
kerja-On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS,
1983. Kemudian mengikuti Jungle Warfare School, Panama, 1983 dan
Antitank Weapon Course di Belgia dan Jerman, 1984, serta Kursus Komando
Batalyon, 1985. Pada saat bersamaan SBY menjabat Komandan Sekolah
Pelatih Infanteri (1983-1985)
Lalu beliau dipercaya menjabat
Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988) dan Paban Madyalat Sops Dam
IX/Udayana (1988), sebelum mengikuti pendidikan di Sekolah Staf dan
Komando TNI-AD (Seskoad) di Bandung dan keluar sebagai lulusan terbaik
Seskoad 1989. SBY pun sempat menjadi Dosen Seskoad (1989-1992), dan
ditempatkan di Dinas Penerangan TNI-AD (Dispenad) dengan tugas antara
lain membuat naskah pidato KSAD Jenderal Edi Sudradjat. Lalu ketika Edi
Sudradjat menjabat Panglima ABRI, beliau ditarik ke Mabes ABRI untuk
menjadi Koordinator Staf Pribadi (Korspri) Pangab Jenderal Edi Sudradjat
(1993).
Lalu, beliau kembali bertugas di satuan tempur,
diangkat menjadi Komandan Brigade Infantri Lintas Udara (Dan Brigif
Linud) 17 Kujang I/Kostrad (1993-1994) bersama dengan Letkol Riyamizard
Ryacudu. Kemudian menjabat Asops Kodam Jaya (1994-1995) dan Danrem
072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995). Tak lama kemudian, SBY
dipercaya bertugas ke Bosnia Herzegovina untuk menjadi perwira PBB
(1995). Beliau menjabat sebagai Kepala Pengamat Militer PBB (Chief
Military Observer United Nation Protection Force) yang bertugas
mengawasi genjatan senjata di bekas negara Yugoslavia berdasarkan
kesepakatan Dayton, AS antara Serbia, Kroasia dan Bosnia Herzegovina.
Setelah kembali dari Bosnia, beliau diangkat menjadi Kepala Staf Kodam
Jaya (1996). Kemudian menjabat Pangdam II/Sriwijaya (1996-1997)
sekaligus Ketua Bakorstanasda dan Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa
MPR 1998) sebelum menjabat Kepala Staf Teritorial (Kaster) ABRI
(1998-1999).
Sementara, langkah karir politiknya dimulai
tanggal 27 Januari 2000, saat memutuskan untuk pensiun lebih dini dari
militer ketika dipercaya menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan
Energi pada pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Tak lama
kemudian, SBY pun terpaksa meninggalkan posisinya sebagai Mentamben
karena Gus Dur memintanya menjabat Menkopolsoskam. Pada tanggal 10
Agustus 2001, Presiden Megawati mempercayai dan melantiknya menjadi
Menko Polkam Kabinet Gotong-Royong. Tetapi pada 11 Maret 2004, beliau
memilih mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam. Langkah pengunduran
diri ini membuatnya lebih leluasa menjalankan hak politik yang akan
mengantarkannya ke kursi puncak kepemimpinan nasional. Dan akhirnya,
pada pemilu Presiden langsung putaran kedua 20 September 2004, SBY yang
berpasangan dengan Jusuf Kalla meraih kepercayaan mayoritas rakyat
Indonesia dengan perolehan suara di attas 60 persen. Dan pada tanggal 20
Oktober 2004 beliau dilantik menjadi Presiden RI ke-6. (Dari Berbagai
Sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar